Selasa, 03 Januari 2017

Sejarah Perkembangan Mikrobiologi


Awal berkembangnya dunia mikroba adalah ketika ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek (1633-1723). Meskipun mikroskop yang ditemukan pada jaman itu masih sangat sedrhana yang hanya dilengkapi dengan satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek namun sudah mampu menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali. Leeuwenhoek melakukan pengamatan tentang struktur mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan invertebrata kecil, tetapi penemuan yang terbesar adalah diketahuinya dunia mikroba yang disebut sebagai “animalculus” atau hewan kecil. Animalculus adalah jenis-jenis mikroba yang sekarang diketahui sebagai protozoa, algae, khamir, dan bakteri (Sumarsih, 2003). Penemuan tersebut menimbulkan rasa ingin tahu yang besar terhadap asal-usul terbentuknya makhluk-makhluk mikroskopis atau animalculus pada masa itu. Dan munculah beberapa teori mengenai asal-usul terbentuknya animalculus dan teori yang paling kuat adalah abiogenesis dan biogenesis. 

Para penganut teori abiogenesis percaya bahwa animalculus timbul dengan sendirinya dari bahan-bahan mati, teori ini bertahan sampai masa Renaissance. Namun beberapa ahli tidak sependapat dengan teori itu dan mencoba menguak asal-usul animalculus yang sebenarnya sehingga terciptalah teori biogenesis yaitu dengan pendapat bahwa animalculus terbentuk dari “benih” animalculus yang selalu berada di udara. Tokoh-tokoh yang berperan disini ada Fransisco Redi dengan hasil dari percobaannya bahwa ulat yang berkembang biak di dalam daging busuk, tidak akan terjadi apabila daging tersebut disimpan di dalam suatu tempat tertutup yang tidak dapat disentuh oleh lalat. Jadi dapat disimpulkan bahwa ulat tidak secara spontan berkembang dari daging Tokoh lain ada Lazzaro Spalanzani dengan percobaan kaldu yang dipanaskan dapat memicu tidak tumbuhnya animalculus. Dari sini juga menunjukkan bahwa keberadaan animalculus pada suatu bahan dapat menyebabkan perubahan secara kimiawi pada bahan tersebut.

Selanjutnya ada Louis Pasteur, percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur juga banyak membuktikan bahwa teori abiogenesis tidak mungkin, tetapi tetap tidak dapat menjawab asal usul animalculus. Penemuan Louis Pasteur yang penting adalah (1) Udara mengandung mikrobia yang pembagiannya tidak merata, (2) Cara pembebasan cairan dan bahanbahan dari mikrobia, yang sekarang dikenal sebagai pasteurisasi dan sterilisasi. Pasteurisasi adalah cara untuk mematikan beberapa
jenis mikroba tertentu dengan menggunakan uap air panas, suhunya kurang lebih 62oC. Sterilisasi adalah cara untuk mematikan mikroba dengan pemanasan dan tekanan tinggi, cara ini merupakan penemuan bersama ahli yang lain (Sumarsih, 2003). 

Berikutnya John Tyndall (1820-1893), dalam suatu percobaannya juga mendukung pendapat Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah dipanaskan dalam air garam yang mendidih selama 5 menit dan diletakkan di dalam ruangan bebas debu, ternyata tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam waktu berbulan-bulan, tetapi apabila tanpa pemanasan maka akan terjadi pembusukan. Dari percobaan Tyndall ditemukan adanya fase termolabil (tidak tahan pemanasan, saat bakteri melakukan pertumbuhan) dan termoresisten pada bakteri (sangat tahan terhadap panas). Dari penyelidikan ahli botani Jerman yang bernama Ferdinand Cohn, dapat diketahui secara mikroskopis bahwa pada fase termoresisten, bakteri dapat membentuk endospora. Dengan penemuan tersebut, maka dicari cara untuk sterilisasi bahan yang mengandung bakteri pembentuk spora, yaitu dengan pemanasan yang terputus dan diulang beberapa kali atau dikenal sebagai Tyndallisasi. Pemanasan dilakukan pada suhu 100oC selama 30 menit, kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam, cara ini diulang sebanyak 3 kali. Saat dibiarkan pada suhu kamar, bakteri berspora yang masih hidup akan berkecambah membentuk fase pertumbuhan / termolabil, sehingga dapat dimatikan pada pemanasan berikutnya (Sumarsih, 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar